Singkatnya lumpia semarang adalah makanan semacam rollade yang berisi rebung, telur, dan daging ayam atau udang. Cita
rasa lumpia semarang adalah perpaduan rasa antara Tionghoa dan Indonesia karena
pertama kali dibuat oleh seorang keturunan Tionghoa yang menikah dengan orang
Indonesia dan menetap di Semarang, Jawa Tengah. Makanan ini mulai dijajakan dan
dikenal di Semarang ketika pesta olahraga GANEFO diselenggarakan pada masa
pemerintahan Presiden Soekarno.
Lumpia
Semarang diawali oleh pasangan Tjoa Thae Joe-Wasi. Tjoa yang meninggal tahun
1930-an membuat cita rasa lumpia berdasar asal daerahnya, Fukien, China.
Karenanya masakan yang dibuat bergaya Hokkian. Sementara Wasi, adalah penjual
lumpia lokal dengan cita rasa manis asin. Keduanya menikah dan menyatukan usaha
mereka.
Saat itu usaha
yang dikembangkan berlokasi di Gang Lombok di Kawasan Pecinan. Selanjutnya
usaha itu diteruskan anaknya, Siem Gwan Sing. Generasi ketiga, Siem Swie Hie
membuka warung di Jl Pemuda dan berkembang hingga kini diteruskan oleh Lien.
Dewasa ini,
terdapat enam jenis lumpia semarang dengan cita rasa yang berbeda. Pertama
aliran Gang Lombok (Siem Swie Kiem), kedua aliran Jalan Pemuda (almarhum Siem
Swie Hie), dan ketiga aliran Jalan Mataram (almarhumah Siem Hwa Nio). Ketiga
aliran ini berasal dari satu keluarga Siem Gwan Sing–Tjoa Po Nio yang merupakan
menantu dan putri tunggal pencipta lumpia Semarang, Tjoa Thae Joe–Wasi dan yang
terakhir adalah lumpia Jalan TanggaMus (Ny. Mechtildis Tyastresna Halim) lumpia
nya bulat-bulat dan gurih
Aliran keempat
adalah sejumlah bekas pegawai lumpia Jalan Pemuda, dan aliran kelima adalah
orang-orang dengan latar belakang hobi kuliner yang membuat lumpia dengan resep
hasil pembelajaran dari lumpia yang sudah beredar.
Generasi tertua
saat ini, yaitu generasi ketiga Siem Swie Kiem (68), tetap setia melayani
konsumennya di kios warisan ayahnya (Siem Gwan Sing) di Gang Lombok 11.
Keistimewaan lumpia Gang Lombok ini menurut sejumlah penggemarnya yang sempat
ditemui di kios tersebut adalah racikan rebungnya tidak berbau, juga campuran
telur dan udangnya tidak amis.
Lumpia buatan
generasi keempat dapat kita peroleh di kios lumpia Mbak Lien alias Siem Siok
Lien (43) di Jalan Pemuda dan Jalan Pandanaran. Mbak Lien meneruskan kios
almarhum ayahnya, Siem Swie Hie, yang merupakan abang dari Siem Swie Kiem, di
Jalan Pemuda (mulut Gang Grajen) sambil membuka dua cabang di Jalan Pandanaran.
Kekhasan lumpia
Mbak Lien ini adalah isinya yang ditambahi racikan daging ayam kampung. Ketika
awal mula meneruskan usaha almarhum ayahnya, Mbak Lien membuat tiga macam
lumpia, yaitu lumpia isi udang, lumpia isi ayam (untuk yang alergi udang), dan
lumpia spesial berisi campuran udang serta ayam. Tetapi, karena merasa
kerepotan dan apalagi kebanyakan pembeli suka yang spesial, sekarang Mbak Lien
hanya membuat satu macam saja, yaitu lumpia istimewa dengan isi rebung dicampur
udang dan ayam.
Adapun generasi
keempat lainnya, yaitu anak-anak dari almarhum Siem Hwa Nio (kakak perempuan
dari Siem Swie Kiem) meneruskan kios ibunya di Jalan Mataram (Jalan MT Haryono)
di samping membuka kios baru di beberapa tempat di Kota Semarang. Di antara
anak-anak almarhum Siem Hwa Nio ini ada juga yang membuka cabang di Jakarta.
Bahkan ada cucu almarhum Siem Hwa Nio sebagai generasi kelima membuka kios
lumpia sendiri di Semarang.
Selain
keluarga-keluarga leluhur pencipta lumpia semarang tersebut, sekarang banyak
juga orang-orang ”luar” yang membuat lumpia semarang. Mereka umumnya mantan
karyawan mereka. Mereka yang mempunyai hobi kuliner juga turut meramaikan
bisnis lumpia semarang dengan membuat lumpia sendiri, seperti Lumpia Ekspres,
Phoa Kiem Hwa dari Semarang International Family and Garden Restaurant di Jalan
Gajah Mada, Semarang.
0 comments:
Post a Comment